Potensi Rekonsiliasi Antara Jokowi dan Megawati: Pandangan Panda Nababan

Politikus senior Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Panda Nababan, melihat masih ada potensi rekonsiliasi antara Presiden Joko (Sumber foto : Optika.id)
Politikus senior Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Panda Nababan, melihat masih ada potensi rekonsiliasi antara Presiden Joko (Sumber foto : Optika.id)

Jurnalindo.com, – Politikus senior Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Panda Nababan, melihat masih ada potensi rekonsiliasi antara Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri.

Menurut Panda, berdasarkan situasi politik terkini, tidak ada faktor yang benar-benar antagonis antara keduanya.

“Antara mereka berdua gak ada yang antagonis,” ujar Panda dalam Podcast Gultik Katadata, Jumat (24/5).

Panda mengaitkan potensi rekonsiliasi ini dengan pengalaman masa lalu antara Megawati dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) setelah Pilpres 2004.

Saat itu, hubungan Megawati dan SBY merenggang setelah SBY yang sebelumnya menjabat sebagai Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) di era Megawati maju sebagai calon presiden dan menang.

Megawati sempat mengirim Panda untuk berbicara dengan SBY dengan membawa lima pertanyaan sebagai indikator apakah pertemuan antara Mega dan SBY bisa terjadi. Namun, SBY tidak menjawab satupun dari pertanyaan tersebut, yang mengindikasikan kurangnya keinginan dari pihak SBY untuk rekonsiliasi.

“Dikirim saya ke istana. ‘Panda catat dulu 5 pertanyaan ini, kalau dia bisa jawab, aku ketemu’,” ujar Panda menirukan pernyataan Mega saat itu.

Panda mengungkapkan lima pertanyaan yang diajukan Megawati kepada SBY:

  1. Apakah benar SBY pernah mengajukan diri sebagai wakil presiden?
  2. Apakah SBY pernah membuat suatu kegiatan untuk kepentingan partai di kantornya?
  3. Apakah SBY benar mengatakan bahwa dia disingkirkan dan tidak diundang dalam rapat sehingga merasa tidak didengar?
  4. Apakah SBY menilai Megawati sudah tidak dihormati lagi?
  5. Pertanyaan kelima tidak dijelaskan oleh Panda.

Menurut Panda, Mega menunjukkan keinginan untuk bertemu dengan SBY melalui langkah tersebut, namun SBY tidak merespons dengan baik.

Merujuk pada pengalaman 2004, Panda melihat bahwa potensi membaiknya hubungan antara Megawati dan Jokowi masih ada. Meski demikian, hingga saat ini belum ada pembicaraan internal di PDIP mengenai rekonsiliasi.

“Sejauh ini belum ada pembicaraan pertemuan antara Megawati dan Jokowi dalam waktu dekat,” ujar Panda.

Jokowi, yang terpilih sebagai Presiden RI pada pemilu 2014 dan 2019 dengan dukungan penuh dari PDIP, menunjukkan pilihan yang berbeda dengan Megawati pada pemilu 2024.

PDIP mendukung Ganjar Pranowo sebagai calon presiden, sedangkan Jokowi ditengarai mendukung Prabowo Subianto yang berpasangan dengan putra pertama Jokowi, Gibran Rakabuming Raka.

Setelah putusan sengketa pilpres di Mahkamah Konstitusi pada 22 April 2024, PDIP mengumumkan bahwa Jokowi dan Gibran bukan lagi kader partai.

Ketua Bidang Kehormatan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDIP, Komarudin Watubun, menyatakan bahwa Jokowi telah terang-terangan berada di kubu yang berbeda dengan PDIP.

“(Jokowi) Sudah di (kubu) sebelah sana, bagaimana mau dibilang bagian masih dari PDI Perjuangan, yang benar saja,” kata Komarudin.

Panda menegaskan bahwa meskipun Jokowi dan Gibran kini bukan lagi kader PDIP, potensi rekonsiliasi antara Jokowi dan Megawati masih mungkin terjadi.

Dinamika politik yang cair membuka peluang untuk dialog dan penyelesaian perbedaan, meski hingga saat ini belum ada langkah konkret ke arah tersebut. (Sumber ; KataData/Nada)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *